Rabu, 13 Februari 2013

Tulisan yang Mengubah Pendirian Seorang Sahabat


Mengingat kejadian di masa lampau, saya pertama kali menulis ‘opini’, yang kemudian dibaca banyak teman, pada saat SMA. Sebenarnya, itu bukan opini betulan. Tapi lebih seperti sebuah surat protes yang cukup panjang. Tulisan tersebut sebenarnya muncul untuk menanggapi sebuah peristiwa yang terjadi sebelumnya.
Inilah peristiwa tersebut. Kru mading SMA kami menampilkan sebuah tulisan ‘sastra’ yang oleh para guru dinilai tidak pantas. Alasannya, dalam tulisan dimaksud terdapat kata-kata seperti ‘pelacur’. Menurut mereka, kata tersebut tidak layak tayang di mading sekolah menengah. Oleh mereka, kru mading disuruh membongkar tulisan itu. Dan memang benar. Tayangan mading tersebut pun akhirnya dibongkar.
Sebagai pengurus mading, meski bukan pengurus inti, banyak dari kami yang jadi resah. Diam-diam, sejumlah wacana merebak. Ada yang mendukung tindakan itu, ada yang keberatan. Posisi saya pasti. Mendukung kru mading, yang artinya keberatan terhadap kebijakan guru-guru yang memerintah pencopotan tulisan tersebut.
Tapi seorang teman karib malah berseberangan ide dengan saya. Ia nyata-nyata mendukung para guru pembina. Ia dengan ekspresif mengungkap keberpihakannya itu. Kesimpulan saya, itu ia lakukan lantaran posisinya sebagai pengurus OSIS. Mungkin pula karena kata ‘pelacur’ manurutnya tak layak tampil di mading SMA. Kecendrungan karena latar tradisi agama yang dianutnya memang sering punya pengaruh.
Tak punya hobby bicara, kertas dan pena lantas jadi sahabat terbaik saya kala itu. Saya ambil kertas dan langsung menulis tanggapan saya tentang peristiwa tersebut. Mula–mula, peristiwa tersebut saya ulas bercermin dari sebuah buku tentang ‘proses kreatif’ yang saya baca beberapa waktu sebelumnya. Buku bacaan ini ada di perpustakaan kami, dan merupakan satu buku yang cukup mendalam isinya.
Di sana dikatakan, seperti yang kemudian muncul dalam tulisan saya, bahwa kreativitas seseorang muncul mengikuti tahapan-tahapan tertentu. Tahapan mula-mula adalah realitas yang dialami oleh seseorang. Ada lagi rentetan tahapan berikutnya yang kadang tidak kontinu. Sementara tahapan terakhir adalah kelahiran kreatifitas dalam bentuk sebuah karya fisik. Dalam cerita kami tadi, karya fisiknya adalah sebuah sebuah tulisan sastra di papan mading.
Pendapat saya sebagian besar terpengaruh dari bacaan tersebut. Tapi dengan tambahan saya sendiri bahwa yang perlu dipersoalkan adalah asal-muasal dari kreatifitas itu, yaitu realitas yang dialami oleh penulis. Proses selanjutnya berlangsung hampir secara mekanis sehingga di luar kendali sadar manusia. Jadi, mempersoalkan hasil kreatifitas adalah sebuah kesalahan besar.
Corat-coret itu lantas menarik perhatian teman saya yang berseberangan ide tadi. Ia membacanya. Dan dengan sedikit tampak malu-malu, ia lantas berbalik dan mendukung saya. Hanya dalam beberapa saat saja, ia berubah pendirian setelah membaca tulisan itu. Sebagai pengurus OSIS, ia lalu mendukung mading, dan melawan ide pembina. Tak berhenti di situ. Ia selanjutnya memintai tulisan saya. Disuruhnya seorang teman lain untuk mengedit dan menulis ulang secara rapi, lalu kemudian ditempelkan di papan mading edisi berikutnya di kolom ‘opini’.
Tak diduga, tulisan itu kemudian dibaca banyak orang. Bahkan juga dijadikan bahan obrolan santai teman-teman. Orang yang tampak tak gandrung soal tulis menulis sekalipun malah turut membahasnya. Saya kaget ketika seorang teman yang tiap hari ‘urus mabuk’ menanyakan tulisan ini ke saya. Kok bisa ya? Jangan sampai tulisan tersebut dijadikan simbol perlawanan? Mana tahu hehehehe. Tapi yang pasti, ada sebuah kemajuan, bahwa diskusi serius bukan hanya milik kalangan terbatas saja. Satu lagi pelajarannya lainnya: anda bisa mengubah pendirian seseorang melalui sebuah tulisan.

(Tulisan pendek ini saya buat setelah beberapa saat lalu kembali ke almamater saya karena suatu urusan. Ada kabar gembira nih. Mading almamater saya kini tampak lebih bersinar. Tampak hasil kreativitas para pelajar  yang membanggakan, terpampang di papan-papan mading mereka. Proficiat!)
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: