Pagi Jumad kemarin dari kampung. Wah, di tepi jalan dari Lite
hingga Horowura ada banyak remaja di tepi jalan, mungkin menunggu kendaraan.
Ada apa yah?
Setelah beres-beres di kantor dan sempat ganti oli mesin III,
siangnya ke Lewopao. Di jalan ke sana, eh, kaget ketemu Romo Flumen, Romo
Paroki kami dari Lite. Saya lalu menepi. Tak disangka tak diduga bisa ketemu di
sini, pasti ada alamat bagus nih.
Benar. Tak lama, di samping Romo muncul pak Yos.
“Ke mana?”, Pak Yos yang tanya ke saya.
“Ke Ibu Tres.”
Ternyata, Pak Yos ke Ibu Tres juga, jadi kami sejalan. Mereka
memang ada rencana perpisahan kelas IX dari SMP Pancakarya.
Pak Yos membonceng Ibu Tres dan Astuti, dan saya membonceng Serli. Meluncur ke Ina Burak.
Sempat bingung juga, sebenarnya tempat itu hanya buka di hari
Minggu dan libur, tetapi ternyata hari ini pun buka. Karcis masuk Ibu Guru yang
bayar.
Tiba di pantai, ramai orang yang telah ada di sana.
Asyik nih, ada kesempatan lagi buat nyebur di air, hal yang
terakhir kali saya lakukan mungkin delapan bulan yang lalu.
“Paginya telah ada missa di
pantai itu.” Begitu cerita Pak Yos.
Di sana sudah ada bapak-bapak dan ibu guru serta siswa-siswi dari
kelas VII sampai IX. Total semua orang saat itu sekitar dua ratusan orang.
Selain dari Lite, ada pula yang dari Tanah Boleng, kami ada sekitar lima orang.
Di lokasi pantai itu ada bangunan panggung. Lagu-lagu gembira
diputar dengan loud speaker dari situ,
sementara sebuah genset kecil dengan bahan bakar bensin menyala di sela
pepohonan. Siswa-siswi mengisi acara dengan menyisir lokasi, berfoto, bermain
pasir, dan berenang. Yang lainnya, Romo Flumen dan para guru bermain kartu,
sedangkan Suster dengan seorang ibu lain bermain halma di bangunan panggung.
Asyik juga kalau berenang nih. Bersama siswa yang bisa berenang, kami
lalu main lempar batu ke dasar laut dan menguji untuk mengambil batu itu. Lalu
berenang sedikit ke laut yang agak dalam.
Di situ memang gelombang sedang kecil, apalagi laut sedang agak
surut. Sementara itu, gelombang yang agak besar dan bisa menyulitkan perenang
adanya di sebelah timur, dekat bebatuan hitam. Tentu saja, tempat itu
berbahaya.
Beberapa orang lalu berenang ke laut yang agak dalam, dan
kelihatan jelas dari atas panggung.
“Apa itu orang kita?”
Tanya orang yang di atas panggung. Memang, sebagai warga dari
daerah bukit, cukup jarang orang yang bisa berenang. Apalagi, ini bukan di hari
Minggu atau hari libur yang biasa ada petugas pengaman pantainya yang bisa
menolong orang yang tenggelam.
Bagus juga nih kalau bisa bergabung di sana. Eh, Romo Flumen yang
dari Lembata ternyata juga gemar berenang. Ia ada di laut dengan dua siswa
lain. Saya lalu menyusul belakangan, dengan celana jeans dan baju putih kaus.
Tentu saja berat celana saya itu. Bagian yang ini memang cukup membuat capai,
karena tanpa pakaian renang yang ringan. Meski begitu, menikmati air yang sejuk
di pantai yang bersih memang merupakan kemewahan tersendiri J.
Setelah itu ada santap siang dengan menu ketupat dan jagung titi,
juga lauk daging. Setelah itu, menari sejenak dengan lagu-lagu dari loud speaker, dan ada pula acara
perpisahannya. Pas acara itu, dari pengeras suara semua siswa-siswi dipanggil
berkumpul. Yang kelas tiga disuruh duduk di sebelah selatan pantai, sedangkan
yang kelas satu dan dua disuruh duduk di sabelah utara. Tiap kelas, oleh Pak
Pius sebagai MC disuruh membawakan pesan dan kesan.
Wah, lucu-lucu tuh, pesan dan kesannya dalam bentuk nyanyian oleh
satu orang yang mewakili kelas masing-masing dari VII sampai IX, juga pidato
singkat. Dari siswa ditutup oleh pidato salah seorang yang mewakili siswa kelas
IX yang akan meninggalkan almamater SMP Pancakarya.
Terakhir, ada kata penutup dari Romo selaku Kepala Sekolah.
Setelah itu, foto bersama dan jabat tangan.
Lalu bubar. Tiga bus kayu datang dan menjemput mereka.