![]() |
Gambar:http://mezigzag12.blogspot.com |
Oleh-oleh
Ini secuplik kisah tentang jagung
titi. Seorang pria Indonesia, yang kebetulan lahir di Adonara, hendak
bertemu dengan seorang wanita Indonesia yang kebetulan lahir di pulau Jawa.
Karena ketemunya di Jakarta, si pria (bukan
pria lajang kayak di kontes tivi!) tidak lupa membawa oleh-oleh
dari daerah asalnya. Pilihan jatuh ke jagung titi.
”Ini makanan paling enak di tempat asal
saya,“ kata si pria, “silahkan dicoba.” Penasaran, si wanita mencoba menyantapnya.
Wah...ada sensasi crispy di mulut. Dan benar, rasanya enak. Kejadian tersebut
berlangsung beberapa tahun lalu. Kini, datang lagi pria lain dari propinsi yang
sama. Tentu saja si tuan rumah tak lupa menagih oleh-oleh yang sama.
“Mana jagung titi, makanan yang paling
enak itu?” Tanya si wanita, yang tak lain adalah Megawati Soekarnoputri. Si
pria, yakni Eston Feonay, sejenak tampak tak mengerti apa gerangan yang
dimaksud, sampai kemudian ia diberi penjelasan tambahan.
Pak Eston mengangguk, tapi bukan anggukan
setuju. Beliau hanya mengangguk tanda mengerti. Ia tentunya mengakui,
bahwa meski sama-sama jagung, yang paling enak pastilah jagung bose hehehehe…..
Itulah sekilas cerita jagung-jagungan ala Frans Leburaya, Gubernur NTT sejak
2008, Eston Feonay, Wagub NTT 2008-2013, dan Megawati Soekarnoputri, Tokoh
Wanita Indonesia.
Benar tidaknya kisah ini, penulis tidak
tahu. Yang penulis tahu, cerita ini dituturkan oleh Bapak Frans Leburaya
sendiri saat beliau berkenan hadir membuka kegiatan salah satu kelompok
pelajar.
Jagung titi
Jagung titi memang salah satu jenis
makanan yang sangat populer dari wilayah paling timur pulau Flores. Untuk
orang-orang yang baru tiba dari Adonara, pilihan oleh-oleh
favorit tentu saja jatuh ke jagung titi.
Jenis makanan ini memang terdengar eksotis
di telinga perkotaan sebagai makanan khas sekelompok masyarakat yang jumlahnya
hanya sepersekian persen warga nusantara. Tapi bagi warga Adonara, kata ini
memiliki arti tersendiri karena punya ikatan emosional tertentu. Kalau dalam
do’a yang diajarkan Yesus diucapkan “give us today our daily bread, maka kami
akan sangat senang seandainya kata bread diganti saja dengan jagung
titi. (Hahaha).
Jagung sendiri memang diperkenalkan
oleh orang-orang Eropa sekitar abad ke-16 (membuat istilah pangan lokal jadi rancu), tak
ketinggalan memasuki kehidupan harian warga Adonara. Lantas, satu jenis
pengolahan yang kini diberi nama “jagung titi” pun dikenal di sana.
Bagi orang yang melakukan perjalanan jauh,
bahan makanan jadi yang paling awet bertahan, bahkan dalam hitungan minggu
sampai bulan, adalah jagung titi. Pas untuk warga Adonara yang sering jadi
perantauan di pulau-pulau tetangga hingga ke negeri yang jauh, jagung titi
tetap menjadi andalan.
Di desa saya, jagung titi cukup mewarnai
kehidupan warga. Tidak sekadar kata. Kalau beberapa tahun lalu anda berada
di kampung saya, maka pagi-pagi akan kedengaran suara dentang batu beradu di
dapur-dapur rumah tempat ibu-ibu membuat jagung titi. Pernah dalam waktu
tertentu, dentang batu bahkan dijadikan pertanda waktu.
Saya bangun tepat dentang batu pertama
berbunyi, demikian orang menunjukkan kapan waktunya bangun. Atau saya terjaga
waktu terdengar dentang batu itu. Kata mereka. Sayang, kini jagung makin
sulit tersedia karena seringnya gagal panen.
Banyak jenisnya
Faktanya, jagung titi memiliki banyak
sebutan atau jenisnya. Ada wata’ ketane’, wata omayeng, dan wata’ kerogon.
Membuat jagung titi membutuhkan waktu yang
cukup lama. Karenanya waktu terlama dipakai untuk membuat jagung terbaik, yaitu
wata’ kerogon.
Jagung yang paling cepat dibuat disebut
wata’ ketane. Jagung disangrai dengan waktu cukup cepat, lalu dititi ketika
masih setengah matang. Jagung ini biasanya untuk campuran beras atau nasi.
Butuh keringat!
Tahukah anda, bahwa segenggam jagung titi
yang anda pegang, tidak dibuat secepat kita menghabiskannya? Jagung dititi
dalam butiran-butiran, dan sekali titi hanya terdiri dari satu, dua, atau tiga
butir jagung. Satu tempayan jagung seukuran satu toples bisa diselesaikan dalam
waktu lebih dari satu jam.
Sebagian besar ibu-ibu dan anak gadis
hampir pasti diberi kewajiban untuk melakukan pekerjaan ini. Sedangkan bagi
laki-laki, ini dipandang sebagai pekerjaan dapur dan urusan para wanita.
Tidak cuma menyiapkan hidangan itu. Di
ladang jagung, kaum wanita juga berperan. Mereka menugal, menanam, hingga
memanen. Sedangkan laki-lakinya dominan di membuka kebun, membersihkan ladang,
dan urusan pergudangan di lumbung. Pada acara-acara kebersamaan, jagung titi
adalah hidangan yang utama. Setiap keluarga bisa mengumpulkan masing-masing
jagung titi kepada petugas untuk kemudian dibagikan lagi pada saat acara minum
bersama.
Bagi sahabat maupun anggota keluarga yang
lagi perantauan, jagung titi akan menjadi tanda cinta mereka yang di kampung untuk kalian.