Senin, 29 April 2013

Koperasi Sekolah: Selayang Ingatan


Gambar: cahyonove.blogspot.com

Masih jelas teringat ke tahun 1995, SD Inpres Lamawolo punya satu koperasi sekolah. Satu hal yang membuat kami terkagum-kagum pada saat itu adalah bahwa barang yang dijual di sana benar-benar murah, lebih murah daripada harga di pasar Waiwadan sekalipun. Padahal, kami sekalian tahu bahwa kios-kios di sekitar biasanya menjual barang lebih mahal daripada harga pasar terdekat.
Sebagai siswa, kami tentu tidak tahu banyak tentang bentuk koperasi itu, tentang apa dan bagaimana ia beroperasi. Tetapi kami benar-benar tahu manifestasinya. Harga barang kebutuhan kami yang dijual di sana benar benar dibuat murah. Kami mengenal baik ballpoint yang dijual murah di sana. Juga buku-buku, penghapus, mistar, dan lainnya. Tetapi karena kami masih di usia kanak-kanak, koperasi  bersangkutan masih hanya dikelola oleh salah seorang guru.
Keberadaan koperasi semacam itu tidak saya temui lagi semasa SMP dan SMA. Hanya ketika menjejak ke sekolah tinggi, saya temui lagi koperasi mahasiswa alias KOPMA. KOPMA memang cukup membantu juga, dimana para pelajar bisa meminjam dana apabila kiriman uang dari kampung terlambat.
Bagaimana dengan koperasi belakangan ini? Keberadaan wadah yang punya misi mulia ini kadang punya kesan negatif di mata masyarakat. Tersebutlah misalnya Koperasi Unit Desa (KUD) yang sering diplesetkan menjadi Keuntungan Untuk Dorang, alias keuntungan untuk pengurus. Dengan datangnya koperasi dari jenis seperti  ini pun justru memperpanjang jalur niaga sehingga biaya operasionalnya malah menjadi-jadi dan merugikan petani. Padahal, tercatat petani sebagai anggotanya. Merekalah yang mestinya diuntungkan.
Koperasi kini pun banyak berupa credit union yang melayani simpan pinjam dana. Lalu, banyak cerita sukses koperasi produksi yang tenggelam semisal koperasi petani teripang di kota Kupang yang berhasil membuat keuntungan dengan menghimpun teripang dalam jumlah besar dari petani teripang dan menjualnya dengan harga yang tinggi langsung kepada konsumen.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: