Sabtu, 06 Desember 2008

Kuliner Lokal

Bagi saya, wisata kuliner tidak harus berarti keluar dari kampung. Untuk warga kampung saya di Adonara, menu makanannya sudah bisa beranekaragam. Dewasa ini memang sudah jarang ditemui, tapi generasi sebelum saya masing banyak mengetahui kebiasaan mengambil langsung dari alam untuk pangan harian mereka. Jenis dan sumber makanannya beranekaragam, selain karena pengetahuan tentang jenis-jenis makanan yang bisa disantap, juga karena daerah kami termasuk ’subur’ dibandingkan dengan bagian laun pulau kami. Konon, nama daerah sekitar kami yang dikenal sebagai “Bukit Seburi“ berasal dari kata “bukit ’Subur’“, yaitu berdasarkan kerakteristik wilayah kami. (Lihat misalnya di Skripsi Mundus Helan, FISIP Undana).
Sejauh yang saya ingat, ini makanan yang bisa kami makan, dengan sebutan lokalnya masing-masing.
1. Biji-bijian.
a. Tahang (beras) terdiri dari ’tahang mare’ (beras merah), ’tahang pulut’ (beras pulut), ’tahang nilon’ (beras putih), dll.
b. Wata (jagung): jenisnya ada wata bele, wata pulut, wata kene, dll.
c. Kereng (sejenis kacang)
d. Dela (jangung solor)
e. Weteng (jewawut)
f. Utang (kacang)
g. Biji balam
Biji balam seringkali dijadikan permainan balam yang terkenal di kampung. Dalam jumlah yang banyak, biji balam bisa dijadikan makan siang anda. Ayah dan ibu saya sering mengumpulkan untuk kami makan. Pengolahannya sederhana:
Biji dibakar dan kulit bijinya dibuang.
Isi biji tersebut direndam dalam air sehingga menjadi lunak.
Airnya haris sering diganti untuk menghilangkan rasa sepat.
Setelah lunak dan rasa sepetnya hilang, biji diiris dan siap dimakan bersama kelapa parut.
h. Kelengit (biji dari sejenis pohon yang tidak banyak tumbuh, jadi hanya untuk camilan)
2. Ubi-ubian.
a. Kemede, kelawak, hura. Berupa tumbuhan merambat. Jenis ubi ini termasuk yang disukai rasanya, dengan cara direbus atau dibakar. Ukuran ubi tersebut besar, tetapi butuh bertahun-tahun untuk emncapai ukuran tersebut. Ibu saya menanam ubi ini di beberapa bagian kebun kami. Di hutan, rumpun ubi ini, terutama kemede, cukup berbahaya bagi kaki karena akarnya yang tua kemudian berubah menbjadi duri tajam (ketokok). Duri tajam di atas tanah dapat menembus alas kaki dan menusuk ke telapak kaki. Yang pernah kena duri ini pasti sudah mengalami sakitnya jika dari tersebut patah dan tertinggal di dalam daging telapak kaki sehingga mesti dikeluarkan. Untuk berjalan di kebun atau hutan, anda mesti hafal lakasi duri-duri maut tersebut, atau amati saja dari batang merambat tumbuhan ini.
b. Ue lusi.
c. Odo (ondo)
Ubi ini beracun dan butuh pengolahan khusus, dan hanya dimakan apabila persediaan makanan sudah benar-benar habis, paceklik atau rawan pangan.
d. Keti’e. Ada dua jenis, yaitu Keti’e utang (Keti’e hutan) dan Keti’e ameng (harafiah berarti Keti’e jinak). Jenis pertama untuk makanan ternak babi, sedangkan jenis kedua bisa untuk makanan manusia. Ciri-cirinya bisa dibedakan dari permukaan kulit batang. Keti’e utang batangnya kasar dan penuh bintil-bintil, sedangkan Keti’e ameng ulit batangnya mulus. Salah satu daur hidup dari Keti’e adalah berbunga. Bunganya mirip (dan mungkin adalah) bunga bangkai dalam ukuran kecil. Saat bunganya mekar,, bau yang sangat busuk tercium. Butuh bertahun-tahun sampai daur ini dilewati, sehingga jarang kita menemukan ’bunga bangkai’ ini. Biasanya berbubga pada musim hujan. Pembiakannya sederhana. Dari kulit Keti’e bisa tumbuh umbi baru. Selain itu, biji Keti’e (setelah berbunga) bisa menghasilkan anakan baru.
e. Ue kayo (ubi kayu)
f. Kejawa (ubi jalar)
g. Muko (pisang), terdiri dari muko bugis (pisang kepok), muko mas, muko meja, muko lio, muko ape, muko weteng, muko wekak, dll.
3. Sayur-sayuran
a. Temehi, kebiru (sejenis pakis). Dikumpulkan dari hutan dan makin jarang dijumpai dengan berkurangnya areal hutan. Di saat kecil, ibu saya sering memasak sayur ini sebagai campuran ikan teri.
b. Hue. Tumbuhan pohon keras, dimakan daunnya. Ukuran pohonnya kecil.
c. Dela. Tanaman merambat, sering tumbuh bersama gulma. Dimakan daunnya.
d. Lako li’ang. Berbuga di musim hujan. Dimakan bunganya.
e. Kelek. Tumbuh serentak dalam koloni di musim hujan.
f. Kong (jamur merang). Tumbuh alami pada batang pisang yang membusuk. Tumbuh pada musim hujan.
g. Kelongo (jamur kuping). Sering tumbuh pada cabang kemiri atau batang kayu. Ada yang berwarna putih , ada yang berwarna merah.
h. Sayur daun: Ue lolong (Daun singkong), paya lolong (daun papaya), daun mentimun, daun pria hutan.
i. Sayur buah: besi kupang (labu jepang), besi (labi merah), besi nimung, kela’a (labu putih)
4. Buah-buahan (diamakan hanya seperti camilan) bagi anak-anak.
a. kewekut, kemodo. Buahnya tumbuh dekat akar atau pangkal batang. Kemodo agaknya mengandung sedikit alcohol.
b. Raong. Buah pohon raong.
c. Bahi (kesambi)
d. Kejawa (jambu batu)
e. Dimung (mentimun), sasi (semangka), kuka (sejenis semangka yang ukurannya lebih kecil dari kepalan tangan anak-anak.
f. Ata’ (buah sirsak), ata nona (buah srikaya)
5. Serangga/ulat/binatang kecil.
a. Kotok (tonggeret). Ada kotok bele dan kotok keretek. Lebih sedap disantap sesaat setelah serangga ini berganti kulit. Mengumpulkan serangga ini dari hutan atau kebun sering dilakukan pada petang sampai malam ata pada pagi-pagi buta. Dimakan dengan digoreng, digoreng setelah direndam dalam santan atau dibakar.
b. Meto (katak)
c. Teke (tokek)
   Yang biasa dimakan adalah daging dari tokek yang diambil di hutan. Dimakan dengan cara dibakar. Biasanya, tokek diburu untuk anak-anak yang sakit atau baru dalam tahap pemulihan dari sakit. Tokek gampang diburu karena tempatnya sudah ditandai, biasanya di lobang kayu atau di antara lapisan batang pisang. Binatang ini sering memberitahu sendiri tempat persembunyiannya dengan berbunyi pada waktu tertentu.
e. Kedu’o (Sejenis belalang yang berbunyi pada malam hari), Koro (palasit, belalang yang kepalanya runcing), Sawilada (walang kudung/belalang sembah). Bisa diburu pada malam hari oleh anak-anak.
f. Woda (sejenis ulat) hidup di batang bambu aur. Ciri-ciri batang aur yang menjadi tempat tinggalnya: batang aur ruasnya lebuh pendek dari yang lain dan tampak kurang sehat. Setelah daur ini, ulat berubah menjadi kupu-kupu kuning.
g. Kebulok (sejenis ulat), hidup di bambu wulung. Tandanya, bambu wulung daun di ujungnya mati.
h. Kebakak (sejenis ulat). Hidup di batang pohon (terutama kemiri) yang mati.
i. Kebakak teluma (sejenis ulat), hidup di batang pohon teluma.
j. Woko (siput kecil). Berhibernasi dalam koloni kecil di pohon kesambi pada musim kemarau. Dimakan dengan direbus ditambah bumbu-bumbu agar tidak terganggu oleh aromanya.
k. Keong (keong air)
6. Hewan atau binatang buruan.
a. Wawe (babi hutan/celeng), Ote (biawak), Lako (musang), Tutung (landak), Ruha (rusa), Munak (kera), kerebek (kelelawar kecil, sering tinggal di daun pisang yang masih tergulung atau diburi oleh anak-anak pada malam hari di permukaan air yang lebar), penike (kelelawar, sering mengisap sari buah atau bunga pohon rerat [dadap], kapuk, beringin atau pohon buah-buahan lainnya. Penduduk kampung biasa berburu binatang ini pada malam harimenggunakan ’keroa’, panah bambu bermata tiga.
7. hewan air tawar
a. Kurang (udang), Kerakat (kepiting), Kewelok (belut), kewaki (siput air tawar), meto (katak, biasanya tidur di tempat teduh di kiri kanan kali saat hari panas)
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: