![]() |
Dany Wetangterah, Mata NTT |
Tersebutlah tokoh kita, Deny,
seorang putra Timor dari keluarga
sederhana. Ayahnya seorang petani kecil dan sesekali juga jadi nelayan. Oleh orang tuanya, ia dikirim ke
Flores sejak di ‘kebun kopi’ Hokeng hingga ‘bukit’ Ledalero. Ia menempuh
pendidikan bersama empat sahabatnya seperjuangannya. Andy yang tertua, Rus, dan
Edel.
Dalam kisah singkat ini, kita cukup
menyelami kehidupan pelajar-pelajar rantau, tentang sahabat-sahabat dari
berbagai tempat yang berbeda di seputar Flobamorata yang punya banyak ciri
etnis berbeda ini.
Deny adalah sosok ceria. Meski dalam
kondisi yang mengkhawatirkan, senyumnya tak pernah lepas. Tetapi ia beresiko dan
lemah dalam hal kesehatan tubuhnya.
Pergaulan mereka disajikan lumayan
hidup di seputar asrama. Bagi saya yang memang tidak pernah dididik di tempat
dan cara yang serupa, cukup menarik juga membaca kisah dan suasana mereka.
Tentang pepohonan berbuah, burung tekukur, lebah dan bunga-bunga, juga olahraga
sepakbola yang digemari Deny. Tak ketinggalan rutinitas do’a sejak di awal
pagi.
Dan sebagai empat sahabat sejak
remaja, banyak kisah yang dilalui bersama. Termasuk kisah tentang gadis reinha
yang dipuja Deny, di mana Andy merasa dapat pelajaran tentang cinta romantis
dari kisah yang dialami sahabatnya itu.
Ada dua pertentangan yang
digambarkan dalam kisah ini: kehidupan yang masih di gerbang pagi, dan kematian
yang terlalu cepat menjemput.
Kemuraman episode berawal pada pagi
buta: Deny digelandang ke rumah sakit karena sakit kronis. Asrama harus
ditinggalkan, dan selama tiga bulan atap Rumah Sakit menjadi pelindung di atas
kepalanya. Edel-lah yang paling setia menemaninya di pembaringan, meneruskan
kebersamaan yang selalu dilakukan sahabat-sahabat itu di sepanjang masa remaja
mereka.
Deny memang tak tertolong. Ia
meninggal di samping ibunya, dan sayangnya, tanpa sahabat-sahabat terdekat di
sampingnya. Tema persahabatan dan keterpisahan memang nyata di sini. “Aku tak
sempat mengantarmu pergi”, sesal Andy ketika dini hari ia tak sempat mengantar
Deny ke rumah sakit. Deny sendiri pun berpulang tanpa didampingi
sahabat-sahabat yang meneguhkannya di sedikit menit terakhir sebelum tutup usia.
Setelah disemayamkan di asrama
dikelilingi oleh sahabat-sahabatnya, Alm. Deny lalu diantar ke pembaringan
terakhir.
……………….
Dalam cerita ini, penggambaran suasana
begitu mendetail, juga perincian tempat di mana peristiwa berlangsung. Tetapi
pembaca agak kesulitan mengenal tokoh bantu kalau hanya dengan sekali baca.