Pola
tanam yang tidak serentak menyebabkan hama tikus masih merajalela di kebun-kebun
petani. Hal itu tampak di sebagian daerah di Adonara.
Menurut
kalender petani setempat, bulan April ini seharusnya sudah memasuki musim
kemarau, tetapi hujan masih terus turun. Musim kemarau yang belum tampak
tanda-tandanya menyebabkan sebagian petani masih menanam, memanfaatkan curah
hujan yang ada.
Foto: Ben Serani |
Tampak
di sejumlah ladang yang siap panen, pada tongkol jagung terdapat bekas dimakan
hewan pengerat itu. Hewan yang aktif di malam hari ini memang menggemari biji
jagung yang belum tua.
“Di
siang hari, mereka bersembunyi. Dan mereka akan tampak ramai di malam hari.”
tutur salah satu petani di Dusun Lewohele, Desa Watobaya.
Menurut
penduduk setempat, ketersediaan pakan bagi hama tersebutlah yang menyebabkan hama
masih beranak pinak. Dan meski jagung yang menjadi makanan tak tersedia, hama tikus masih bisa bertahan.
“Tikus
masih dapat hidup dengan beralih mengkonsumsi bengkuang” kata Gaudensius Masan,
salah satu petani di Dusun Lamawolo, Desa Watobaya, Adonara Barat.
Petani
mengharapkan, hama tikus ini bisa berkurang dengan hadirnya pemangsa alami bagi
tikus, seperti ular dan burung hantu. (Smpt)