Selasa, 14 November 2017

Ulat Bambu, Si Penganggu yang Diburu

Di jagat maya, pencarian tentang ulat bambu ternyata cukup populer. Sering ada klik di blog yang berasal dari pencarian google tentang ulat bambu. Jadi, tak ada salahnya menulis sedikit topik ini, meskipun isi tulisan ini tidak mendalam.

Saya sendiri dulunya adalah anak desa yang sehari harinya berhubungan dengan bambu. Saya bahkan pernah menjadi  produsen sekaligus berdagang bahan bangunan dari bambu semasa SMA. Soal bambu, saya punya beberapa komentar berikut berangkat dari pengalaman pribadi. Ini tentu bukan kajian ilmiah. Kalau butuh kajian ilmiah, bolehlah mencari buku atau tulisan yang khusus membahas tentang bambu.

OK back to topic about the worm.  Ulat bambu yang saya kenal ada dua macamnya. Yang pertama ulat  yang tinggal dan memakan bagian bambu saat bambu tersebut masih hidup. Jenis yang ini hidup pada rongga bambu, yaitu ruang kosong di antara buku bambu. Mereka memakan umbut muda sehingga pertumbuhan bambu menjadi terhambat. Jenis yang kedua adalah ulat bambu yang hidup di bambu saat bambu sudah kering. Mereka tidak hidup pada rongga bambu, melainkan memakan serat pada bambu. Sayangnya, serat yang mereka konsumsi adalah serat pada kayu yang sudah dimanfaatkan untuk konstruksi rumah atau perabotan. Mari kita bahas satu per satu. 

Untuk bambu yang masih hidup pada gerumbulnya, di sana kadang berdiam ulat bambu. Ulat bambu ini tinggal pada rongga-rongga bambu, menetas dari induknya yang berupa serangga bersayap. Ukuran ulat jenis ini bervariasi sesuai jenis ulatnya. Ada yang kecil sekitar dua centimeter dan ada yang lebih besar dengan diameter seukuran jari tengah. Ulat bambu yang ini sering menjadi makanan sumber protein bagi warga desa. Di daerah Cina yang kaya akan berjenis-jenis bambu, jenis ulat ini malah jadi camilan populer dan diperdagangkan.

Ada dua macam ulat yang diam di rongga bambu ini. Yang membedakannya adalah ukuran ulat dan jenis bambu tempatnya hidup.  Yang pertama adalah ulat yang hidup di bambu wulung. Bambu wulung ukurannya sebesar pergelangan tangan dan dinding tabungnya tipis sekitar sepertiga centimeter. Bambu yang ini sering dipakai untuk anyaman dinding rumah. Ulat yang hidup pada bambu wulung ini ukuran diameternya sebesar jari tengah. Hanya ada satu ekor ulat yang hidup di sini. Ia tinggal dekat pucuk bambu wulung dan memakan umbut muda dari bambu tersebut.

Di masa kecil, kami gemar berburu ulat jenis ini di hutan hutan bambu wulung sekitar kampung. Untuk menandai mana bambu yang dihuni ulat jenis ini, anda tinggal melihat pucuk bambu wulung. Kalau pucuk bambu kelihatan mengering, maka di sana pasti ada ulat jenis ini. Anak-anak biasanya menebang bambu ini dan membelah bagian dekat ujungnya untuk mengumpulkan ulat.

Ulat berikutnya berukuran lebih kecil, tapi mereka hidup dalam jumlah banyak dalam satu rongga bambu. Jenis yang ini hidup di bambu aur. Bambu yang ini kulit luarnya tampak paling licin.  Bukunya berlekak lekuk sehingga hanya cocok untuk tiang. Untuk anyaman atau dinding rumah tidak memungkinkan. Salah satu jenisnya yang berwarna kuning kini sering dijadikan bambu hias.

Ulat ini tinggal menggerombol di dalam rongga bambu. Mereka melubangi ruas ruas tengah bambu itu dan tinggal di dalamnya. Ciri bambu ini yang ada ulatnya dapat dilihat dengan mudah. Anda tinggal melihat pada ruas bambu. Jika jarak ruas bambu tersebut terlihat lebih pendek dari ruas bambu lain dalam gerumbul yang sama, maka dipastikan di sana ada ulatnya. Jarak ruas menjadi kecil karena pertumbuhannya terhambat oleh ulat yang menggerogot di dalamnya. Ulat ini mencuri sari makanan serta melubangi ruas. Ulat jenis ini pun dapat dimakan langsung, bahkan ketika masih hidup dan menggeliat-geliat. Serem yah hehehe. Tapi ulat/larva ini biasanya dimakan sesudah dimasak.

Itu untuk ulat di bambu hidup. Untuk ulat yang mendiami bambu kering, saya tidak punya jawabannya bagaimana cara mengatasi ulat jenis ini. Keberadaan ulat kecil kecil ini memang sangat mengganggu. Mereka menggerogoti bangunan berkonstruksi bambu sama seperti rayap menggerogoti kayu.   Bangunan akan tampak utuh dari luar tetapi dalamnya berrongga. Kita hanya melihat adanya bubuk berwarna putih yang tertumpuk di sekitar permukaan atau berjatuhan ke lantai.


Menurut kebiasaan di kampung, keberadaan ulat ini terjadi karena bambu dipotong pada musim ketika bulan sedang berada di atas horizon. Pada saat ini, kadar air pada tanaman bambu sedang tinggi tingginya. Jadi, memotong bambu harus melihat posisi bulan, yaitu ketika bulan sedang gelap. Saat itu kadar air cukup rendah. Tidak ada cara pengawetan tradisional untuk mengatasi ulat bambu ini. Cara pengawetan kayu modern bisa diadopsi supaya bambu tidak dirusak oleh ulat.  
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: