Turunnya
harga kelapa mencapai kisaran Rp 4000 per kilogram membuat sejumlah netizen
ikut nimbrung. Mereka mulai bertanya-tanya: sejauh mana petani terdampak atas
penurunan harga ini? Sejumlah analisa usaha penanaman kelapa di Adonara pun
mereka sodorkan.
Analisa
dimulai dengan menyodorkan data jumlah pohon kelapa per hektar serta
produktivitas tanaman dagang ini. Meskipun data yang mereka punya tampaknya
cukup lengkap, tapi yang empunya data konon masih meragukan kebenaran data
tersebut. Misalnya saja, jumlah pohon per hektar yang mencapai 400 pohon tentu
cukup meragukan sebab ketika ditelusuri
ulang, kita malah menemui bahwa populasi pohon per hektar ada di kisaran
100 pohon hingga 150 pohon. Demikian pula produktivitas per pohon dalam sekali
petik (4 bulan) katanya ada di kisaran 20 butir. Ini masih tampak meragukan
sebab jika ditelusuri lagi menunjukkan bahwa produktivitas per pohon ada di
kisaran 10 butir setiap kali petik (4 bulan).
Beruntunglah
kita yang hidup di abad internet. Data-data dapat kita cross check dan
banding-bandingkan ke sejumlah sumber, sehingga kredibilitasnya makin bisa
teruji. Dalam tulisan ini, penulis ikut mengecek silang ke sejumlah sumber
lain: berita seputar dunia usaha kopra, menghitung secara manual populasi pohon
kelapa menggunakan google map, dan sumber terakhir berupa publikasi Flores
Timur Dalam Angka. Data ini bisa diuji lagi melalui pengalaman petani di
lapangan.
Bagaimana
caranya menghitung? Citra satelit di google map sudah cukup tajam sehingga
kenampakkan tajuk pohon kelapa dapat dilihat dengan jelas dibandingkan dengan
lingkungan sekitarnya. Jadi, jumlah pohon kelapa diperoleh dengan menghitung
secara manual tampilan citra tersebut.
Menghitung
populasi pohon saya lakukan pada peta di dua sampel lokasi. Di Adonara Barat,
jarak tanam kelapa terlihat agak jarang karena diselingi dengan pepohonan lain
sedangkan di Adonara Timur, jarak pohon kelapa tampaknya lebih rapat, diduga
karena terjadi peremajaan. Dari data ini, saya ambil saja rata-rata populasi
per hektar sebanyak 125 pohon. Dengan jumlah ini, dapat dihitung bahwa jarak
per pohon ada di kisaran 9 meter. Dengan kata lain, 1 pohon kelapa menempati
ruang seluas 80 meter persegi. Klop, 125 pohon dikali 80 meter persegi
diperoleh 10.000 meter persegi alias satu hektar.
Langkah
kedua adalah dengan mencari data produktivitas pohon kelapa per hektar.
Produktivitas kelapa berupa kopra per hektar menurut Sekretaris Jenderal Forum
Kelapa Indonesia ada di kisaran 1 ton per hektar, dan nilai ini cukup kecil
dibandingkan misalnya dengan produktivitas kelapa di Filipina yang berada di
kisaran 2 ton per hektar. Selain cross check di sini, ada satu sumber lain
yaitu Flores Timur dalam angka. Angka-angka di sana membenarkan bahwa
produktivitas kopra Flotim berada di kisaran 1 ton per hektar.
Dari
produktivitas per hektar, kita dapat hitung kira-kira setiap kali petik didapat
berapa butir kelapa. Dengan asumsi produktivitas satu ton per tahun, maka
setiap kali petik (4 bulan) diperoleh 333 kilogram (1000 kg dikali 1/3 tahun). Karena berat 333 kilogram
ini didapat dari 125 pohon kelapa, maka pe pohon kelapa menghasilkan 2.6
kilogram kopra (333 kilogram dibagi 125 pohon). Data menunjukkan bahwa 1
kilogram kopra didapat dari 4 butir kelapa besar, jadi berat 2.6 kilogram
didapat dari 10 butir kelapa besar. Jadi, setiap kali petik dalam jangka waktu
4 bulan, satu pohon menghasilkan 10 butir besar atau lebih kalau butirnya
kecil.
Kebiasaan
di kalangan petani Adonara, kelapa yang belum diolah sering dihitung dalam
satuan butir. Biasanya dalam kelipatan seribu, misalnya serbu butir, dua ribu
butir dan seterusnya. Kita bisa duga bahwa seribu butir kelapa menghasilkan 250
kilogram kopra atau kurang kalau butirnya lebih kecil. Dan seribu butir kelapa
diperoleh dari 100 pohon kelapa atau dari 0.8 hektar lahan. Kalaupun ada
penyimpangan, persentasenya tidak terlalu besar.
Pertanyaannya,
apakah perhitungan di atas cukup valid? Validitas perhitungan tentu makin baik
kalau diperoleh langsung di lapangan. Keterbatasan penulis adalah bahwa data
masih digali dari sumber sekunder, bukan mengambil langsung dari lapangan.
Hanya petani kelapa di Adonara yang mengetahui produktivitas sesungguhnya dari
usaha perkebunan mereka.