Rabu, 05 November 2008

Bagaimana Orang Adonara Diberi Nama

Nama saya Simon Petrus Soge. Kalau untuk orang Katolik Barat, bisa ditebak bahwa Simon adalah nama babtis, Soge adalah nama keluarga, dan Petrus adalah nama yang diberikan saat sakramen krisma. Atau bisa pula, Petrus adalah nama panggilan, sedangkan Soge adalah nama keluarga.
Bagi kami di NTT, cukup penting untuk menanyakan nama fam pada perkenalan pertama karena lebih memudahkan perkenalan selanjutnya. Berdasarkan nama saya di daftar presensi atau tanda pengenal, kawan-kawan saya sering menduga bahwa saya berasal dari fam Soge. Sebenarnya, nama fam saya tidak dimasukkan dalam nama panjang saya tersebut. Soge hanyalah nama yang diberikan menurut nama nenek moyang saya, yang lengkapnya (menurut ayah saya) adalah Soge Mawak.
Di belahan lain Adonara, kebiasaan melekatkan nama fam banyak dipakai, terutama untuk fam ‘besar’. Pernah saya dibingungkan dengan hal ini. Seorang kenalan saya yang nama lengkapnya Anastasia Lamahoda, katika wafat namanya ternyata dibacakan sebagai Anastasia Surat Ina. Ternyata, Lamahoda adalah nama fam-nya yang ia pakai, sedangkan Surat Ina adalah nama nenek moyang yang justru tidak dipakai dalam surat-surat resmi semisal ijazah.
Saya pribadi sering menginformasikan bahwa di Flores orang tidak terbiasa memakai nama fam kalau saya ditanyakan tentang identitas fam pada nama saya. Ini saya katakan supaya orang jangan menduga bahwa nama fam saya adalah Soge, karena nama fam saya yang sebenarnya adalah Dosi. Di sini, identifikasi diri dengan hubungan keluarga masih terasa kuat. Orang lebih merasa dekat kalau berasal dari daerah atau keluarga yang sama. Asal daerah kita juga bisa diketahui dari nama. Di beberapa tempat yang saya duga orang tidak mengenal asal saya dari mana, ternyata orang tahu kalau asal saya dari Flotim.
Nama ternyata cukup penting bagi para perantau untuk terjalinnya silaturahmi. Pernah dua orang yang sebenarnya memiliki hubungan darah yang cukup dekat akhirnya bisa meneluri asal-usul mereka hanya karena adanya persamaan nama. Saat itu, di antara mereka sudah tidak terjalin kontak sampai generasi yang ketiga. Di kelas, ketika daftar absen dibacakan, nama keduanya mirip, padahal yang satu berasal dari Adonara dan yang satunya berasal dari Timor. Saat diusut, ternyata almahrum nenek dari mahasiswa Timor ini berasal dari Adonara, dari kampung dan keluarga yang sama, dan nama keduanya merujuk pada nenek moyang yang sama. Dulu, sebelum penggunaan telepon belum sepopuler sekarang, kontak dengan daerah asal memang susah dilakukan karena mahal, apalagi bagi petani dan buruh kasar.
Bagi warga kost-kostan di kota Kupang, nama panggilan bisa jadi soal yang berbuntut panjang kalau ada urusan penting yang mendadak dengan orang tua atau keluarga dari kampung. Orang tua atau keluarga sering keliru mencari alamat seseorang hanya dengan bermodalkan nama panggilan, padahal seseorang bisa mengoleksi sejumlah besar nama panggilan. Biasanya, nama dari kampung sering diganti entah karena kesengajaan atau karena teman-temannya memanggilnya demikian.
Ortunya Virgiawan Listanto yang memberi nama misalnya, mungkin tidak menduga kalau anaknya nanti dipanggil Iwan Fals. Ini bisa pula terjadi pada manusia lainnya. Ortunya si Demon yang baru dari kampung mau tak mau harus terima kalau di kost anaknya bernama ‘Anthraks’ (karena sering kelihatan influensa), di kampus dipanggil Dewa (singkatan dari Demon Wayon) dan oleh pacarnya yang orang Bali memanggilnya Wayan (singkatan dari Wayon sayangku). Jadi, sebaiknya, sebut lengkap nama panjang orang ini untuk mencarinya, juga asal daerahnya supaya jangan sampai tersesat di kost-kostan yang rawan kebakaran ini (hehehe apa hubungannya?). Maksud saya, anda bisa kebakaran jenggot karena nanti dibisiki “ortu koq tidak tau nama anaknya?”
Masalah nama juga dialami dalam urusan administrasi. Yang pernah mengetik daftar nama tahu akan hal ini. Seringkali keliru membedakan nama seperti Aloysius dan Alowisius, Martha dan Marta, Ignatius dan Ignasius kalau hanya mengandalkan pendengaran. Sering kesalahan tersebar di sana-sini, terutama sebelum komputer ‘ditemukan’.
Comments
1 Comments

1 komentar:

Anonim mengatakan...

di Flores itu pake fam lho, kecuali untuk lembata dan solor biasanya ada Nama Santo +nenek Moyang + fam. moyang. Ex Thomas+Ata Raya+Soge, Lambertus+Lusi+Hurek.

dan Adonara Santo/Santa + nama Nenek moyang.
ex.Petronela+Somi Kedan.
Biasanya orang adonara yang pake fam itu kebanyakan bapaknya guru atau pegawai pemerintahan atau yang lahir diperantauan,makanya ada Anastasia Lamahoda,Ermelinda Inguliman dst......

kira2 begitu... sosinus