Jumat, 16 April 2010

Usia-usia yang dilewatkan di perjalanan



Gambar: http://rinuhadi.files.wordpress.com

Di kota, paling lama anda mungkin butuh dua jam untuk ke tempat kerja. Sejam pergi dan sejam pulang. Sepanjang perjalanan anda tidak akan kelelahan karena anda ada dalam kendaraan. Tetapi di pedesaan tanpa fasilitas jalan, keadaannya berbeda.
Para petani pergi dan pulang dari dan ke tempat kerja mereka dengan kelelahan dan membuang banyak dari waktu mereka. Mereka hanya mengandalkan tubuh mereka untuk mengangkut beban sepanjang berkilo-kilometer dari dari kebun atau ladang ke rumah. Dapat dibayangkan kalau petani dimaksud memiliki komoditas perdagangan seperti kopi, coklat, kemiri, atau kopra. Puluhan kilogram barang-barangnya tersebut harus dipindahkan berkilo-kilometer jauhnya.
Sewaktu kecil, kami punya cotoh ketabahan seorang pria yang setiap empat bulan sekali memindahkan berkarung-karung kopra dari kampungnya sejauh sepuluh kilometer ke pasar untuk dijual. Ia hanya dibantu oleh seekor kuda beban. Dalam sehari, ia mesti bolak-balik, padahal hasil kebunnya itu tidak menyumbang banyak untuk kebutuhan sehari-harinya. Karena kesulitan pengangkutan pulalah kenapa petani tak berani menanam banyak, takut barang tanamannya kedaluwarsa sebelum tiba di pasar. Contohnya adalah buah-buahan seperti pisang yang cepat sekali rusak kalau tidak segera dijual.
Sadar akan hal itu, warga selalu berswadaya mengerjakan jalan-jalan tani ke pasar. Hampir setiap tahun, di musim kemarau, jalan-jalan tani ditata kembali. Untuk musim hujan berikutnya, banjir melubangi lagi jalan itu di tengah-tengahnya.
Kini, iklim gotong-royong yang mulai berkurang menyebabkan kegiatan itu tidak berjalan lagi secara efektif. Binatang tunggangan pun mulai berkurang karena ketiadaan lahan. Rumput. Jadilah hasil komoditas makin sulit dipindahkan ke pasar-pasar.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: