Marisa adalah anak dari teman saya, masih TK di sebuah sekolah
muslim. Dia punya seorang teman, sebut saja Ani, yang bulan kemarin tertimpa
kecelakaan. Mayat Ani ditemukan oleh penumpang sebuah perahu motor yang hendak
ke Lewoleba, terapung di perairan dekat dermaga Waiwerang.
Awak perahu mengevakuasi mayat itu ke dermaga, lantas oleh
keluarga dibawa ke rumah sakit Waiwerang. Sore itu, heboh tentang kejadian
tersebut pun berlangsung di hunian kami, karena anak ini adalah temannya Marisa
juga.
Dulu, sebelum Marisa sekolah, Ani sering datang ke hunian kami dan
bermain-main bersama Marisa. Dan semua mendengarkan ceritanya, banyak yang
nimbrung tentang cerita kecelakaan itu.
Pagi tadi, Ani masih di sekolah. Marisa yang punya cerita, Mereka
sempat mengejar kupu-kupu yang lepas di lapangan. Ani yang membantu menangkap
kupu-kupu itu. Lalu, Ani pun pergi. Entah ke mana perginya.
Ini masih musim hujan. Jalur banjir di kompleks menuju pasar
waiwerang, dari Gereja Kristus Raja, sebenarnya adalah tempat berbahaya. Dulu
seorang teman lain pernah menyelamatkan seorang anak lain di jalur itu yang
terseret banjir.
Dia kelihatan hanyut, kata si teman. Dan kami berlari menyusul
menuju lubang ke arah laut. Kami mengambil sebuah kayu, memalangnya di
tengah-tengah jalur banjir itu. Ketika banjir menyeretnya melintas, dia
menangkap kayu itu, lalu kami menyeretnya keluar dari air.
Jalur banjir itu sempit, dibuat dari tembok. Dari jalan tidak
kelihatan, sebab jalur itu tertutup di dalam tanah. Pada saat-saat tertentu,
tempat itu tampak tak berbahaya, karena tak ada air yang tampak melewatinya.
Tetapi bahaya datang dari hulu. Tiba-tiba saja ada banjir besar tanpa
tanda-tanda terlebih dahulu. Banjir pun bisa datang kemudian, muncul setelah
hujan mereda, karena masih butuh waktu untuk mengalir dari hulu hingga tiba ke
jalur ini.
Jalur ini juga merupakan pecahan aliran dari kali, sehingga jika
kali meluap, sebagian banjirnya melewati jalur ini. Belum lagi, karena jalur
ini sempit dan juga cukup miring, maka alirannya bisa sangat deras kalau
banjirnya banyak. Tetapi yang menyebabkannya lebih berbaha adalah bahwa tempat
itu sering dijadikan tempat bermain oleh anak-anak. Mereka sering bermain
luncuran di atas air, mirip luncuran sungguhan di permainan air. Di waktu-waktu
tertentu, mereka tak mengira kalau bahaya bisa datang mengintai.
Bisa dibayangkan itu, ketika asyik-asyiknya mereka menikmati
permainan mereka, banjit datang dan menyapu.