Kamis, 26 April 2012

Wera betok di Lewopao



Kemarin sempat ke pantai Lewopao, ada tempat piknik di sana, tepat di tepi pantai. Jalan ke lokasi tersebut dibangun dari semen menuju pantai, dengan dua sumur serta halaman luas. Langsung tampak di sebelah kiri anda sebuah tanjung batu yang menjorok ke laut. Jalannya masuk dari sisi lapangan Lewopao. Anda mesti berbelok ke kanan sebelum lapangan bola jika anda dari Waiwerang.
Bentuk pantainya hampir menyerupai semua pantai umumnya di seputar situ, yaitu kebanyakan dari tebing batu dengan sedikit pantai berpasir. Pohon kelapa tumbuh di beberapa tempat, dan memang di situ tidak ada tempat atau bangunan untuk berteduh.
Tujuan utama saya sebenarnya adalah ke wera betok, tetapi memang nyasar ke lokasi lain, dan katanya jarak ke wera betok cukup jauh dan saya tak bisa memaksakan diri ke sana.
Kabarnya, wera betok adalah sebuah lubang atau gua di dalam tanah. Bentuknya agak memanjang sekitar dua hingga tiga meter, di mana di tempat itu menyembur angin dari gua di bawahnya. Angin kemungkinan berasal dari pukulan ombak yang menyerbu lubang, sehingga menyebabkan pasir terhembus keluar dari lubang itu. Lokasi berpasir ini ada di belakang batu, dipagari batu yang terpisah agak jauh dari mulut pantai.
Yang menakutkan, kata mereka, adalah bunyi cukup besar yang keluar dari lubang itu. Menurut cerita, jika anda terkejut mendengar bunyi itu, maka kemungkinan anda akan sakit. Itu kata mereka, yang sebenarnya tak perlu dibuat untuk menakut-nakuti orang.
Niat saya lainnya adalah untuk berenang, tatapi karena ombaknya besar dan pantainya yang berbatu cukup membahayakan keselamatan. Apalagi tak ada penjaga pantai, orang-orang yang bertugas menjaga perenang dari kecelakaan seperti di pantai Watotena. Kabarnya, memang ada tempat yang bagus untuk berenang beberapa jauhnya dari situ.
Tempat itu openuh tumbuhan lontar. Tetapi lontar ini sudah dibayar oleh orang dari lamahelan untuk menyedap dan memasak arak. Pondok itu tampaknya dulu pernah jadi tempat memasak arak. Tampak tungku yang dicor untuk dipaskan di tong pemanas arak, juga ada pipa-pipa bambu yang juga mungkin daipakai untuk menyalurkan air sulingan. Pondok dipenuhi jagung hibrida. Di sebelah situ, ditanam kacang hijau dengan dipagari oleh pohon singkong. Pemilik pondok beternak juga, mungkin dua atau tiga ekor babi, dan juga sejumlah ayam.
Wah, beberapa waktu lalu, adonara memang diserang flu burung, tapi tampaknya ayamnya tak disentuh wabah itu. Ada beberapa ekor ayam di sini. Kami duduk-duduk, menenggak minuman lokal dengan alkohol rendah untuk mengatasi hembusan angin pantai. Seorang dari kami memutuskan untuk membuat masakan seadanya, dan yang lainnya setuju. Kami bergerak mengumpulkan kayu, sementara yang lainnya mencari ubi. Ketika ke rumah, mereka menemukan daging biawak. Salah satu biawak mungkin terkena jerat, dan kami pun memasak binatang itu. Seorang teman, dari witihama, yang sepertinya pandai memasak, mengambil alih peran. Cabai tinggi, beberapa dari kami sampai kepedasan, tetapi minuman lokal ternyata habis. Hampir jelang jam enam kami kembali ke tempat hunian masing-masing.

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: