Senin, 21 Januari 2013

Menyeberang


Anak berserangam putih merah itu terpaku di tepi kali. Di depannya, air berwarna coklat deras menggelora. Tak berbahaya memang, tetapi tubuh kecil mungilnya tak butuh usaha lebih untuk dihanyutkan aliran kali itu.
Mendung masih menggelayut di atas kepalanya, menyisakan kegelapan malam sebelumnya masih menggantung di atas sana. Barusan,  hujan mengguyur hingga separuh malam. Baru reda menjelang kokok ayam kedua.
Hulu sungai memang tak jauh. Ini pulau kecil, dan kampung ini hanya beberapa kilometer jauhnya dari sumber mata air di kakiu bukit tertinggi di pulau ini. Tapi sebagian dari himpunan air yang tercurah semalam dari langit mengalir ke kali sempit itu. Airnya berwarna coklat kini. Batang-batang pohon, campur baur dengan sampah lainnya tampak banyak tersangkut di akar-akar pohon tepi kali.
Kali yang biasanya hanya berjarak lima langkah kecil, kini jadi empat kali lebarnya semula. Dalamnya setinggi lutut. Boli tahu resikonya untuk bisa menuju ke sekolah dan harus menyeberang kali itu.
“Jangan berdiri membelakangi datangnya air. Lutut bisa jadi tertekuk dan akibatnya, seseorang bisa jatuh terjerembab dan hanyut.” Pesan ibunya pagi tadi.
Boli tahu resikonya. Jadi, ia berdiri saja di tepi kali, menunggu teman-temannya yang lain. Sepatu dan kaus kaki sudah dilepasnya, disimpan di kertas plastik. Baju dan celananya dijaga bersih supaya bisa dipakai untuk besok nanti. Bukunya telah aman di tas punggung.
Tak berberapa lama, muncul kawan lainnya.
“Itu Boli sudah di sana” teriak Kopong dari jauh yang kaki kecilnya berlepotan lumpur. Ia tinggal di jarak agak terpisah dari kampung ini. Di sampingnya, Laga tampak menenteng kertas plastik hitam, berisi pakaian ganti.

Jembatan Lamawolo, Watobaya, Adonara barat.

“Kita tunggu dua orang lagi” kata Boli sambil mengira-ngira jumlah minimal orang yang mesti menyeberang bersama.
Tak beberapa lama, muncul tiga orang lain. Keenamnya berpegangan tangan. Boli yang paling besar dan berjalan mendahului.
“Pelan, dan jangan lepaskan pegangan kalian apapun terjadi,” begitu tips keselamatan menyeberang yang disampaikan pak guru sekolah.
Mereka akhirnya selamat ke seberang kali. Ketika tiba, terdengar suara Doni muncul dari kejauhan. Ia berlari-lari, ingin ikut juga menyeberang.
“Terlambat, kamu harus menunggu teman lainnya,”kata Boli yang sudah di seberang sambil pergi.
Nah, ini adegan beberapa tahun lalu. Kini, di lokasi tersebut telah dibangun jembatan, dengan anggaran berasal dari APBD Flores Timur.

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: