Minggu, 13 Juli 2014

Ose Tobi Lolon


Gambar: http://www.coinquest.com
Dahulu kala, hiduplah seorang gadis di sebuah kampung. Namanya Ose Tobi Lolon, Ibunya telah lama meninggal. Ayahnya tak suka bekerja, tetapi sering mabuk dan tidak mengacuhkan tugasnya. Karena itu, keempat putrinya hidup sengsara dan sering menderita kelaparan. Ose Tobi Lolon, anak tertua, pun harus menjaga adik-adiknya.
Suatu ketika, di sekitar batu-batu karang dekat pondoknya, Ose Tobi Lolon menangkap seekor ikan kecil berwarna emas. Ikan tersebut tidak cukup besar untuk dibagikan di antara mereka berempat. Jadi, ikan itu pun disisihkannya. Ketika malam tiba, ia bermimpi. Mimpi tersebut terjadi atas kehendak raja langit Rera Wulan. Raja langit memerintahkannya untuk menguburkan ikan itu di ladang. Ose Tobi Lolon pun melakukan apa yang diperintahkan.
Empat hari kemudian, sebatang pohon asam tumbuh di tempat di mana ia menguburkan ikan itu. Pohon tersebut mulai berbunga, dan empat hari kemudian tampak berbuah. Tetapi pohon itu tidak mengeluarkan buah asam seperti biasanya, melainkan perhiasan emas, gading, kalung mutiara, dan kain sutra India, juga padi dan jewawut. Ose Tobi Lolon dan ketiga saudarinya pun mengatasi kelaparan mereka dengan buah dari pohon tersebut dan meninggalkan rumah mereka untuk berpesta di desa tetangga.
Pada saat yang sama, pohon emas tersebut bersinar seperti bintang dan terlihat dari jarak bermil-mil jauhnya dari pantai tempat ia ditanam. Pada malam itu, para pelaut dari Sinajawa datang dengan perahu mereka untuk melihat pohon bercahaya itu. Mereka turun ke pantai dan mencoba merobohkan pohon tersebut dengan kapak. Tetapi pohon tersebut tak mau tumbang. Mereka mencoba dan mencoba tetapi malahan kapak merekalah yang menjadi tumpul.
Ketika Ose Tobi Lolon tiba dan melihat apa yang dilakukan para pelaut tersebut, ia menawarkan kepada mereka bantuan. “Saya akan menyerahkan kepadamu pohon itu, asal saja kamu berjanji untuk membawa kami pergi bersama-sama” kata Ose Tobi Lolon. Pelaut itu pun setuju dan sangat gembira.
Sesudah itu, Ose Tobi Lolon memegang pohon tersebut dengan kedua tangannya, dan dalam satu sentakan, pohon itu pun roboh ke tanah. Bersama sama dengan ketiga saudarinya, Ose Tobi Lolon pun menumpang perahu para pelaut itu. Ayahnya hanya melihat dari jauh dan coba memanggil ketiga putrinya kembali. Tetapi kapal beserta keempat putrinya serta pohon emas telah menghilang selamanya dari pandangan. Tertekan dengan kegagalan serta perasaan bersalah, ayah Ose Tobi Lolon akhirnya bunuh diri. (Terjemahan bebas dari buku Cargo, Cult, and Culture Critique hal. 82.)
Comments
2 Comments

2 komentar:

Unknown mengatakan...

kayaknyanya belum lengkap ceritanya saudara

Simpet Soge mengatakan...

Makasih bung Stefo sudah mampir ke blog ini. Memang teks ini hanya terjemahan sehingga versi kisah tidak begitu lengkap