![]() |
Gambar: http://www.coinquest.com |
Dahulu
kala, hiduplah seorang gadis di sebuah kampung. Namanya Ose Tobi Lolon, Ibunya
telah lama meninggal. Ayahnya tak suka bekerja, tetapi sering mabuk dan tidak
mengacuhkan tugasnya. Karena itu, keempat putrinya hidup sengsara dan sering
menderita kelaparan. Ose Tobi Lolon, anak tertua, pun harus menjaga
adik-adiknya.
Suatu
ketika, di sekitar batu-batu karang dekat pondoknya, Ose Tobi Lolon menangkap
seekor ikan kecil berwarna emas. Ikan tersebut tidak cukup besar untuk dibagikan
di antara mereka berempat. Jadi, ikan itu pun disisihkannya. Ketika malam tiba,
ia bermimpi. Mimpi tersebut terjadi atas kehendak raja langit Rera Wulan. Raja
langit memerintahkannya untuk menguburkan ikan itu di ladang. Ose Tobi Lolon
pun melakukan apa yang diperintahkan.
Empat
hari kemudian, sebatang pohon asam tumbuh di tempat di mana ia menguburkan ikan
itu. Pohon tersebut mulai berbunga, dan empat hari kemudian tampak berbuah.
Tetapi pohon itu tidak mengeluarkan buah asam seperti biasanya, melainkan
perhiasan emas, gading, kalung mutiara, dan kain sutra India, juga padi dan
jewawut. Ose Tobi Lolon dan ketiga saudarinya pun mengatasi kelaparan mereka
dengan buah dari pohon tersebut dan meninggalkan rumah mereka untuk berpesta di
desa tetangga.
Pada
saat yang sama, pohon emas tersebut bersinar seperti bintang dan terlihat dari
jarak bermil-mil jauhnya dari pantai tempat ia ditanam. Pada malam itu, para
pelaut dari Sinajawa datang dengan perahu mereka untuk melihat pohon bercahaya
itu. Mereka turun ke pantai dan mencoba merobohkan pohon tersebut dengan kapak.
Tetapi pohon tersebut tak mau tumbang. Mereka mencoba dan mencoba tetapi
malahan kapak merekalah yang menjadi tumpul.
Ketika
Ose Tobi Lolon tiba dan melihat apa yang dilakukan para pelaut tersebut, ia
menawarkan kepada mereka bantuan. “Saya akan menyerahkan kepadamu pohon itu,
asal saja kamu berjanji untuk membawa kami pergi bersama-sama” kata Ose Tobi
Lolon. Pelaut itu pun setuju dan sangat gembira.
Sesudah
itu, Ose Tobi Lolon memegang pohon tersebut dengan kedua tangannya, dan dalam
satu sentakan, pohon itu pun roboh ke tanah. Bersama sama dengan ketiga
saudarinya, Ose Tobi Lolon pun menumpang perahu para pelaut itu. Ayahnya hanya
melihat dari jauh dan coba memanggil ketiga putrinya kembali. Tetapi kapal
beserta keempat putrinya serta pohon emas telah menghilang selamanya dari
pandangan. Tertekan dengan kegagalan serta perasaan bersalah, ayah Ose Tobi
Lolon akhirnya bunuh diri. (Terjemahan bebas dari buku Cargo, Cult, and Culture
Critique hal. 82.)