Senin, 22 Mei 2017

Ditulis Ratusan Tahun Silam, Surat Para Penguasa Solor Kini Bisa Dibaca Online

Kegiatan surat menyurat, selain sebagai media utama sebelum komunikasi modern secepat sekarang ini, dapat pula dijadikan rekaman penting atas peristiwa-peristiwa pada masa lalu. Lihat saja kebiasaan para perantau ke negeri jiran era sebelum tahun 2000 yang rutin mengirimi dan menerima surat dari dan ke tanah Lamaholot kita. Isi surat menyurat antara lain menggambarkan pasang surut kehidupan ekonomi keluarga tersebut.

Aktivitas surat-menyurat nyatanya sudah dimulai jauh hari sebelum itu. Dalam catatan kolonial yang tersimpan di kastil Batavia, surat pertama yang diterima dari kepulauan Solor di Lamaholot tercatat bertanggal 30 September 1636. Surat tersebut berasal dari Khaicili Pertawi. 
Siapa dia? Kaichili adalah tokoh Solor terkemuka di balik perlawanan terhadap Portugis di Benteng Solor ketika pihak Belanda dan Portugis sedang berebut pengaruh atas perdagangan di Timor dan sekitarnya. Korespondensi yang lebih intensif dilakukan oleh istrinya, Nyai Chili Muda yang kemudian menjadi ‘Ratu Solor’ dan bertempat tinggal di Benteng Lohayong. Terlepas dari fakta bahwa kegiatan kolonial pada waktu itu menimbulkan penderitaan dan konflik yang berdarah-darah, komunikasi di antara mereka telah menunjukkan bahwa surat menyurat adalah media penting dalam jalinan komunikasi pada abad tersebut.
Para penguasa lokal dalam beberapa kesempatan pada saat itu terikat perjanjian dengan Belanda yang membatasi kekuasaan mereka, di mana mereka harus tunduk pada kekuasaan yang lebih tinggi tersebut dan harus melakukan pembayaran pajak atau upeti kepada pemerintah kolonial. Para penguasa ini, yang terlibat dalam hubungan politik yang pasang-surut dengan Belanda, menamakan diri mereka sekutu Solor Watan Lema yang pada periode tertentu berhadapan dengan Portugis dan pemimpin lokal yang tunduk kepada Portugis sebelum Portugis sendiri menyerahkan wilayah taklukannya ke tangan kekuasaan Belanda.
Untuk menjalankan roda pemerintahan, perlu ada komunikasi antara pemerintah kolonial dan para penguasa tersebut, dan ini terwujud dalam korespondensi antara raja dengan kastil Batavia. Korespondensi ini, baik berupa surat-surat diplomatik maupun catatan pinggir pada jurnal/catatan harian, dijembatani oleh sejumlah kapal dagang maupun kapal pos yang rutin melintas dari Jawa ke Flores dan sebaliknya.
Untuk mengetahui kondisi sosial pada jaman tersebut, korespondensi ini merupakan sumber informasi yang berharga sebab keadaan lokal serta gejolak gejolaknya selalu dilaporkan untuk mendapatkan solusi, arahan, atau putusan dari pemerintah di atasnya. Sementara pemerintah kolonial sendiri ingin mengetahui laporan keadaan wilayah kekuasaannya sekaligus untuk kepentingan kelancaran pengumpulan pajak.
Arsip transkrip korespondensi penguasa Solor yang erdiri dari berbagai Sengaji dan Kapitan kini bisa diakses pada Arsip Nasional Republik Indonesia. Arsip ini tersedia dalam bahasa Belanda. Ini dia linknya.




Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: