Dari mana kira-kira asal nama Larantuka?
Berhadapan dengan pertanyaan ini, kebanyakan orang menjawabnya dengan merujuk
informasi dari sejumlah penulis lokal. Menurut para penulis tersebut, nama
Larantuka berasal dari kata bahasa Lamaholot. “Laran” yang berarti
‘jalan’ dan “tuka” yang berarti ‘tengah’. Secara utuh artinya kampung
yang terletak di “tengah jalan”.
Meski untuk sementara menjadi satu-satunya
jawaban, tampaknya informasi ini masih jauh dari meyakinkan. Contoh kata ‘tuka’ sebenarnya
bukan tengah kalau tanpa fonem ‘n’ di akhir kata. Lebih jauh, siapa
kira-kira yang memberi nama tersebut sementara jalan lintas Flores sendiri baru
dibangun pada tahun 1907?
Kajian sejarah menyebut teori lain yang
lebih bisa diterima. Nama Larantuka disebut berasal dari bahasa Tetun. ‘Laran’ yang
adalah pusat kerajaan Wehale dan ‘tuka’ yang artinya ‘batas’.
Penyebutan ini menunjukkan bahwa wilayah kerajaan Wehale mencapai hingga ke
Larantuka, yang disebut ‘batas dari Laran’. Tercatat Patigolo
Arakian adalah bangsawan kerajaan Wehale yang ‘diutus’ ke wilayah paling jauh
yang masih berada di bawah pengaruh mereka. Beberapa raja Larantuka bahkan
masih mempertahankan gelar “Usi Neno”, sebuah sebutan yang hanya dikenal
di pulau Timor.
Sebelum datangnya bangsa-bangsa Eropa, pulau
Timor masih memegang peranan penting karena daratan ini menjadi penghasil
komoditi termahal saat itu, kayu cendana. Pedagang-pedagang Cina maupun
pedagang perantara dari seputar wilayah Nusantara hilir mudik dari dan ke sana.
Banyak laporan-laporan tertulis dari Cina menyebut wilayah ini sejak abad XIII.
Sebagai penghasil komoditi perdagangan utama, sudah tentu di Timor mulai
terbentuk hunian dengan aliansi-aliansi yang lebih besar yang kemudian menjadi
kerajaan. Kerajaan yang cukup berpengaruh adalah kerajaan Wehale-Wewiku.
Dinasti raja-raja Amarasi yang sangat berpengaruh di dekat Kupang, Timor Barat
masih merujuk asal-usul mereka dari kerajaan Wehale ini.
Larantuka sendiri tidak ada apa apanya
sebelum bangsa Eropah menjejakkan kakinya di bagian tenggara Nusantara. Kota
ini, sebelumnya di Solor, menjadi penting tatkala dijadikan tempat persinggahan
pedagang dan kemudian penjajah Eropa karena pelabuhannya yang tenang dan
terlindung di musim hujan. Dengan bercokolnya bangsa Eropa, terutama Portugis,
kaum blasteran ‘portugis hitam’ alias Larantuqueiros segera menjadi amat berpengaruh hingga ke pulau Timor. Belakangan, sejumlah
tempat di Timor dapat ditelusuri asal-usulnya dari bahasa Lamaholot, bahasa
asli di Flores bagian timur. (Simpet Soge)