Wilayah Adonara Barat dan Tengah adalah salah satu kantong produksi kakao di Flotim. Banyak petani yang bergelut di usaha perkebunan ini. Di kampung, saya memang tidak ikut menanam tanaman tersebut. Dulu sempat punya, hanya sebatang yang jadi pohon peneduh di halaman rumah.
Per bulannya, dari sebatang pohon tersebut, saya
bisa petik beberapa buah kakao. Setelah dikeringkan, sekitar tiga bulan sekali
ditimbang untuk menambah satu dua sen pendapatan keluarga. Tapi itu dulu, dulu
sekali. Sekarang pohonnya sudah mati karena terhimpit hunian.
Kalau saya sendiri tak punya pohon kakao kini, maka
ada kerabat saya ada yang punya. Dia adalah paman saya. Saat ini, paman masih
punya sepetak lahan berisi belasan pohon kakao. Ia menanamnya di lahan kosong
dekat rumah.
Tahukah Anda, apa yang dirasa mengganggu dari pohon
tersebut? Semut! Iya, semut hitam (dolichoderus
thorachicut), yang dalam bahasa setempat disebut kemerek. Keberadaan semut
ini lumayan mengganggu karena sering menyusun pasukan baris berbaris menuju
rumah tinggal yang letaknya berdekatan. Sang paman, karena merasa terganggu, sesekali
membunuh laskar semut tersebut dengan semprotan anti serangga.
Dalam keseimbangan alam, peran semut sebenarnya
cukup penting. Semut memangsa serangga-serangga kecil atau bangkai binatang
lain. Semut juga menggemari bebijian yang kaya minyak atau karbohidrat. Dan di
pepohonan buah, semut punya manfaat lain: memakan habis larva, nimfa ataupun
imago serangga hama buah.
Hama buah kakao sudah lebih dari sepuluh tahun ini
menyerang dengan ganas di wilayah Adonara. Nama hama ini adalah helopeltis,
serangga kecil yang mengisap sari kulit buah dan merusaknya. Ciri-ciri buah
yang terserang hama adalah timbulnya bercak-bercak pada kulit. Ada buah yang
mengalami kerusakan sebagian, ada yang mengalami kerusakan berat hingga tak
dapat dimanfaatkan.
Di wilayah Adonara Tengah, kepala dinas pertanian
pernah meninjau langsung serangan hama ini. Beliau terakhir turun ke lapangan
pada akhir Juli 2017 lalu. Tapi langkah penanganan masalah ini belum membuahkan
hasil maksimal. Petani kakao masih terus didera hama helopeltis ini.
Menelusuri literatur di mbah google, terdapat
beberapa cara pemberantasan musuh tanaman ini. Salah satu cara yang menarik
adalah dengan menggunakan musuh alami hama: semut. Dengan hadirnya semut,
helopeltis memang tidak hilang, tetapi populasi mereka dibatasi. Hama tidak
bisa menyebar secara besar-besaran. Kenapa? Karena pada fase imago atau
serangga dewasa, mereka meletakkan telur atau mengisap sari pada buah. Pada
fase inilah semut memangsanya langsung saat sedang hinggap pada buah.
Keberadaan semut menjadikan populasinya tidak bisa berkembang.
Sayang, populasi semut kini telah jauh berkurang.
Alasannya karena keterbatasan pasokan makanan. Semut sangat bergantung pada
bangkai serangga. Sementara serangga sendiri bergantung pada bunga, baik bunga
rumput maupun tanaman lain. Ketika pohon pohon maupun rumput berbunga banyak
dibabat untuk lahan perkebunan, serangga bersayap pun berkurang drastis
populasinya. Semut yang bergantung pada bangkai serangga turut berkurang karena
kesulitan pangan. Saat semut menghilang, populasi helopeltis pun mulai merajai
wilayah tanaman kakao.
Kini hanya tersisa sedikit lokasi yang bebas dari
serangan massif helopeltis. Wilayah ini
umumnya terletak dekat dengan hutan rimba yang belum disentuh. Di sana,
populasi semut hitam masih memadai untuk membendung hama. Termasuk di lahan
kakao milik paman, di mana pasukan semut hitam masih suka baris berbaris.
Serangan helopeltis tidak massif di sana. Sementara di wilayah dengan tanaman
perdagangan yang padat, helopeltis menyerang mayoritas buah. Produktivitas
tanaman pun berkurang drastis.
Fix, petani masih butuh keberadaan semut. Semut yang
kita kira binatang pengganggu, di alam tugasnya adalah mengendalikan populasi
hama. Membunuh semut ataupun serangga, baik langsung ataupun tidak langsung,
ujung-ujungnya merugikan petani sendiri. Keseimbangan yang terganggu nyatanya
menyebabkan persoalan hama. Mampukah kita kembalikan semut sebagai pendekar
penghadang hama buah? Keputusan ada di tangan kita.