Sabtu, 11 Mei 2019

Lara Petani Kakao: Lenyapnya Semut Penghadang Hama Buah


Wilayah Adonara Barat dan Tengah adalah salah satu kantong produksi kakao di Flotim. Banyak petani yang bergelut di usaha perkebunan ini. Di kampung, saya memang tidak ikut menanam tanaman tersebut. Dulu sempat punya, hanya sebatang yang jadi pohon peneduh di halaman rumah.
Per bulannya, dari sebatang pohon tersebut, saya bisa petik beberapa buah kakao. Setelah dikeringkan, sekitar tiga bulan sekali ditimbang untuk menambah satu dua sen pendapatan keluarga. Tapi itu dulu, dulu sekali. Sekarang pohonnya sudah mati karena terhimpit hunian.
Kalau saya sendiri tak punya pohon kakao kini, maka ada kerabat saya ada yang punya. Dia adalah paman saya. Saat ini, paman masih punya sepetak lahan berisi belasan pohon kakao. Ia menanamnya di lahan kosong dekat rumah.
Tahukah Anda, apa yang dirasa mengganggu dari pohon tersebut? Semut! Iya, semut hitam (dolichoderus thorachicut), yang dalam bahasa setempat disebut kemerek. Keberadaan semut ini lumayan mengganggu karena sering menyusun pasukan baris berbaris menuju rumah tinggal yang letaknya berdekatan. Sang paman, karena merasa terganggu, sesekali membunuh laskar semut tersebut dengan semprotan anti serangga.

Dalam keseimbangan alam, peran semut sebenarnya cukup penting. Semut memangsa serangga-serangga kecil atau bangkai binatang lain. Semut juga menggemari bebijian yang kaya minyak atau karbohidrat. Dan di pepohonan buah, semut punya manfaat lain: memakan habis larva, nimfa ataupun imago serangga hama buah.
Hama buah kakao sudah lebih dari sepuluh tahun ini menyerang dengan ganas di wilayah Adonara. Nama hama ini adalah helopeltis, serangga kecil yang mengisap sari kulit buah dan merusaknya. Ciri-ciri buah yang terserang hama adalah timbulnya bercak-bercak pada kulit. Ada buah yang mengalami kerusakan sebagian, ada yang mengalami kerusakan berat hingga tak dapat dimanfaatkan.
Di wilayah Adonara Tengah, kepala dinas pertanian pernah meninjau langsung serangan hama ini. Beliau terakhir turun ke lapangan pada akhir Juli 2017 lalu. Tapi langkah penanganan masalah ini belum membuahkan hasil maksimal. Petani kakao masih terus didera hama helopeltis ini.
Menelusuri literatur di mbah google, terdapat beberapa cara pemberantasan musuh tanaman ini. Salah satu cara yang menarik adalah dengan menggunakan musuh alami hama: semut. Dengan hadirnya semut, helopeltis memang tidak hilang, tetapi populasi mereka dibatasi. Hama tidak bisa menyebar secara besar-besaran. Kenapa? Karena pada fase imago atau serangga dewasa, mereka meletakkan telur atau mengisap sari pada buah. Pada fase inilah semut memangsanya langsung saat sedang hinggap pada buah. Keberadaan semut menjadikan populasinya tidak bisa berkembang.
Sayang, populasi semut kini telah jauh berkurang. Alasannya karena keterbatasan pasokan makanan. Semut sangat bergantung pada bangkai serangga. Sementara serangga sendiri bergantung pada bunga, baik bunga rumput maupun tanaman lain. Ketika pohon pohon maupun rumput berbunga banyak dibabat untuk lahan perkebunan, serangga bersayap pun berkurang drastis populasinya. Semut yang bergantung pada bangkai serangga turut berkurang karena kesulitan pangan. Saat semut menghilang, populasi helopeltis pun mulai merajai wilayah tanaman kakao.
Kini hanya tersisa sedikit lokasi yang bebas dari serangan  massif helopeltis. Wilayah ini umumnya terletak dekat dengan hutan rimba yang belum disentuh. Di sana, populasi semut hitam masih memadai untuk membendung hama. Termasuk di lahan kakao milik paman, di mana pasukan semut hitam masih suka baris berbaris. Serangan helopeltis tidak massif di sana. Sementara di wilayah dengan tanaman perdagangan yang padat, helopeltis menyerang mayoritas buah. Produktivitas tanaman pun berkurang drastis.

Fix, petani masih butuh keberadaan semut. Semut yang kita kira binatang pengganggu, di alam tugasnya adalah mengendalikan populasi hama. Membunuh semut ataupun serangga, baik langsung ataupun tidak langsung, ujung-ujungnya merugikan petani sendiri. Keseimbangan yang terganggu nyatanya menyebabkan persoalan hama. Mampukah kita kembalikan semut sebagai pendekar penghadang hama buah? Keputusan ada di tangan kita.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: