Sudah
berapa banyak anda menulis hari ini? Barangkali pertanyaan ini kerap muncul
bagi yang punya kegemaran menulis. Sama seperti kaum yang hoby jalan jalan atau
memotret, pasti selalu muncul pertanyaan lain: seberapa banyak anda memotret
fakta hari ini?
Nah! Dan jika anda masih belum beranjak untuk menulis, mungkin
saja anda mengalami sejumlah hambatan. Ini beberapa hambatan menulis versi
saya.
1. Peralatan menulis.
Beruntung bagi yang punya gawai elektronik. Alat tersebut bisa
dipakai untuk menulis kapan saja. Sementara bagi sebagian orang lainnya, mereka
masih menghadapi keterbatasan dalam mengakses peralatan menulis ini.
Maka tak jarang mereka hanya mengandalkan kertas dan
ballpoint. Bagaimana dengan buku tulis? Masih terbilang mahal. Sangat
disayangkan kalau buku tulis tersebut dipakai untuk menulis cerpen atau catatan
harian yang butuh berlembar-lembar halaman. Mungkin ini pula alasannya
kenapa orang lebih suka menulis puisi yang lebih pendek ketimbang cerpen atau novel
yang lebih panjang. Kan tidak muat di buku tulis yang jumlah halamannya tidak
seberapa.
Belum lagi kebutuhan ballpoint yang harus dibeli saban pekan kalau
penggunaannya banyak. Jika sehari anda menulis duapuluh halaman, maka sekitar
dua minggu tinta ballpoint anda bisa kosong. Makanya anak desa tidak jarang
mendengar nasihat orangtua untuk tidak boros boros penggunaan tinta. Padahal
menulis memang mesti memperbanyak latihan lho.
Untuk kebutuhan ballpoint, memang tidak ada solusi lain selain
membelinya. Sementara untuk kertas, anda bisa manfaatkan kertas bekas dari
fotocopy atau dari perkantoran. Coba dekati kantor desa atau sekolah di mana
tersedia banyak kertas bekas yang bagian belakangnya masih bersih.
Pengalaman pribadi semasa kuliah, saya tidak pernah membeli buku
tulis. Yang saya beli adalah buku binder dan pelubang kertas. Semua catatan
matakuliah saya tulis di kertas bekas yang sudah saya lubangi dan saya pasang
pada binder.
Karena itu, saya tidak sungkan-sungkan menghabiskan banyak kertas
untuk kegiatan menulis. Juga mengikuti serial latihan-latihan menulis
berdasarkan buku-buku petunjuk. Ratusan lembar kertas habis untuk kegiatan ini.
Tapi saya tidak perlu memikirkan pengeluaran untuk membeli buku tulis bukan?
2. Hambatan kedua, kelelahan tangan.
Bagi penulis pemula, kasus kelelahan ini banyak dijumpai. Siswa
biasanya menulis dengan tekanan penuh pada alat tulisnya. Kita bisa lihat dari
hasil tulisan pada kertas yang tulisannya tampak tebal dan ada bekas goresan
yang jelas.
Padahal, anda dapat menulis dengan sangat santai. Caranya, tidak
perlu menulis dengan tekanan sepenuh tenaga pada balpoint anda. Anda cukup
gerakkan ujung balpoint tanpa tekanan berlebih. Dengan cara inipun, huruf anda
masih bisa terbaca kok. Anda bisa menulis puluhan halaman sekali duduk tanpa
kelelahan.
Tentu saja cara menulis seperti ini tidak bisa anda terapkan untuk
menulis surat atau buku catatan pelajaran yang sesekali dicek pak guru. Sebab
cara tulis seperti ini terkesan tidak sungguh-sungguh. Cukup anda gunakan ini
untuk tulisan pribadi.
3. Hambatan ketiga, tuntutan kesempurnaan.
Orang mengira bahwa kegiatan menulis harus menghasilkan sesuatu
yang hebat atau sempurna. Tidak demikian saudara-saudara. Menulis adalah
mengalihkan wujud ide atau fantasi dari otak kita ke atas kertas. Jadi cukup
tuliskan apa adanya yang melintas di pikiran kita ke atas kertas. Anggap saja
seperti ketika anda berbicara, anda mengalihkan begitu saja dari otak ke mulut.
Tidak usah polesan macam-macam, cukuplah menulis sesuai gaya anda.
Seringkali, si penulis menuntut kesempurnaan sehingga langsung
mengedit tulisan sejak awal saat mulai menulis. Tindakan ini kurang tepat.
Seharusnya, menulislah dahulu, editing bisa anda lakukan setelah tulisan anda
selesai. Jika ada pilihan kata anda rasa kurang tepat, lewatkan saja dulu.
Sebab jika anda terbeban dengan melakukan kegiatan editing, maka
otak anda memaksa untuk dua pekerjaan sekaligus. Dan anda tidak akan bisa
fokus. Tuliskan dulu sesuai alur pikiran di kepala anda, setelah tulisan
selesai baru bisa diedit.
4. Kehabisan ide tulisan
Sebenarnya beragam topik bisa anda jadikan tulisan. Dari laporan
peristiwa, dongeng, bahkan mimpi anda semalam. Anda bisa menuliskan ini sebagai
cerita yang menarik, terutama bagi mereka yang tinggal di lingkungan yang
berbeda.
Kegiatan melaut misalnya, adalah hal biasa bagi anak nelayan
tetapi akan sangat menarik bagi anak petani yang tak pernah melihat laut.
Tulisan yang anda anggap biasa mungkin sangat luar biasa bagi orang lain.
Contoh lain, kisah seorang anak di Kanada atau di daerah bersalju
mungkin ia sendiri anggap biasa. Tapi ketika kisah tersebut anda baca, mungkin
anda sangat takjub dengan gambaran keping keping bunga salju. Sebaliknya
kegiatan bermain hujan sambil lempar lemparan lumpur mungkin biasa bagi anda
tapi sangat menarik bagi orang di belahan lain.
Jadi, bagi yang sering kehabisan ide cobalah biasakan membuat
catatan harian. Gambarkan rincian kegiatan anda, apa yang anda rasakan,
harapkan, bila perlu dari sudut pandang orang lain.
Penulis buku keluarga cemara Arswendo Atmiwiloto nyatanya mengakui
bahwa kisah keluarga cemara yang ia tulis adalah kisah hidupnya sendiri. Kisah
tersebut disamarkan dengan bumbu-bumbu cerita dan penokohan yang berbeda
sehingga seolah itu bukan dirinya. Bagi ia sendiri dan anak-anaknya, kisah itu
mungkin terasa biasa. Tapi tidak bagi orang lain sehingga kisahnya bahkan
sampai difilmkan.
Anda juga bisa melakukannya.