Minggu, 21 Juli 2019

Mengatasi Hambatan Menulis

Sudah berapa banyak anda menulis hari ini? Barangkali pertanyaan ini kerap muncul bagi yang punya kegemaran menulis. Sama seperti kaum yang hoby jalan jalan atau memotret, pasti selalu muncul pertanyaan lain: seberapa banyak anda memotret fakta hari ini?
Nah! Dan jika anda masih belum beranjak untuk menulis, mungkin saja anda mengalami sejumlah hambatan. Ini beberapa hambatan menulis versi saya.

1.     Peralatan menulis.
Beruntung bagi yang punya gawai elektronik. Alat tersebut bisa dipakai untuk menulis kapan saja. Sementara bagi sebagian orang lainnya, mereka masih menghadapi keterbatasan dalam mengakses peralatan menulis ini.
Maka tak jarang mereka  hanya mengandalkan kertas dan ballpoint. Bagaimana dengan buku tulis? Masih terbilang mahal. Sangat disayangkan kalau buku tulis tersebut dipakai untuk menulis cerpen atau catatan harian yang butuh berlembar-lembar halaman.  Mungkin ini pula alasannya kenapa orang lebih suka menulis puisi yang lebih pendek ketimbang cerpen atau novel yang lebih panjang. Kan tidak muat di buku tulis yang jumlah halamannya tidak seberapa.

Belum lagi kebutuhan ballpoint yang harus dibeli saban pekan kalau penggunaannya banyak. Jika sehari anda menulis duapuluh halaman, maka sekitar dua minggu tinta ballpoint anda bisa kosong. Makanya anak desa tidak jarang mendengar nasihat orangtua untuk tidak boros boros penggunaan tinta. Padahal menulis memang mesti memperbanyak latihan lho.
Untuk kebutuhan ballpoint, memang tidak ada solusi lain selain membelinya. Sementara untuk kertas, anda bisa manfaatkan kertas bekas dari fotocopy atau dari perkantoran. Coba dekati kantor desa atau sekolah di mana tersedia banyak kertas bekas yang bagian belakangnya masih bersih.
Pengalaman pribadi semasa kuliah, saya tidak pernah membeli buku tulis. Yang saya beli adalah buku binder dan pelubang kertas. Semua catatan matakuliah saya tulis di kertas bekas yang sudah saya lubangi dan saya pasang pada binder.
Karena itu, saya tidak sungkan-sungkan menghabiskan banyak kertas untuk kegiatan menulis. Juga mengikuti serial latihan-latihan menulis berdasarkan buku-buku petunjuk. Ratusan lembar kertas habis untuk kegiatan ini. Tapi saya tidak perlu memikirkan pengeluaran untuk membeli buku tulis bukan?
2.     Hambatan kedua, kelelahan tangan.
Bagi penulis pemula, kasus kelelahan ini banyak dijumpai. Siswa biasanya menulis dengan tekanan penuh pada alat tulisnya. Kita bisa lihat dari hasil tulisan pada kertas yang tulisannya tampak tebal dan ada bekas goresan yang jelas.
Padahal, anda dapat menulis dengan sangat santai. Caranya, tidak perlu menulis dengan tekanan sepenuh tenaga pada balpoint anda. Anda cukup gerakkan ujung balpoint tanpa tekanan berlebih. Dengan cara inipun, huruf anda masih bisa terbaca kok. Anda bisa menulis puluhan halaman sekali duduk tanpa kelelahan.
Tentu saja cara menulis seperti ini tidak bisa anda terapkan untuk menulis surat atau buku catatan pelajaran yang sesekali dicek pak guru. Sebab cara tulis seperti ini terkesan tidak sungguh-sungguh. Cukup anda gunakan ini untuk tulisan pribadi.
3.     Hambatan ketiga, tuntutan kesempurnaan.
Orang mengira bahwa kegiatan menulis harus menghasilkan sesuatu yang hebat atau sempurna. Tidak demikian saudara-saudara. Menulis adalah mengalihkan wujud ide atau fantasi dari otak kita ke atas kertas. Jadi cukup tuliskan apa adanya yang melintas di pikiran kita ke atas kertas. Anggap saja seperti ketika anda berbicara, anda mengalihkan begitu saja dari otak ke mulut. Tidak usah polesan macam-macam, cukuplah menulis sesuai gaya anda.
Seringkali, si penulis menuntut kesempurnaan sehingga langsung mengedit tulisan sejak awal saat mulai menulis. Tindakan ini kurang tepat. Seharusnya, menulislah dahulu, editing bisa anda lakukan setelah tulisan anda selesai. Jika ada pilihan kata anda rasa kurang tepat, lewatkan saja dulu.
Sebab jika anda terbeban dengan melakukan kegiatan editing, maka otak anda memaksa untuk dua pekerjaan sekaligus. Dan anda tidak akan bisa fokus. Tuliskan dulu sesuai alur pikiran di kepala anda, setelah tulisan selesai baru bisa diedit.

4.     Kehabisan ide tulisan
Sebenarnya beragam topik bisa anda jadikan tulisan. Dari laporan peristiwa, dongeng, bahkan mimpi anda semalam. Anda bisa menuliskan ini sebagai cerita yang menarik, terutama bagi mereka yang tinggal di lingkungan yang berbeda.
Kegiatan melaut misalnya, adalah hal biasa bagi anak nelayan tetapi akan sangat menarik bagi anak petani yang tak pernah melihat laut. Tulisan yang anda anggap biasa mungkin sangat luar biasa bagi orang lain.
Contoh lain, kisah seorang anak di Kanada atau di daerah bersalju mungkin ia sendiri anggap biasa. Tapi ketika kisah tersebut anda baca, mungkin anda sangat takjub dengan gambaran keping keping bunga salju. Sebaliknya kegiatan bermain hujan sambil lempar lemparan lumpur mungkin biasa bagi anda tapi sangat menarik bagi orang di belahan lain.
Jadi, bagi yang sering kehabisan ide cobalah biasakan membuat catatan harian. Gambarkan rincian kegiatan anda, apa yang anda rasakan, harapkan, bila perlu dari sudut pandang orang lain.
Penulis buku keluarga cemara Arswendo Atmiwiloto nyatanya mengakui bahwa kisah keluarga cemara yang ia tulis adalah kisah hidupnya sendiri. Kisah tersebut disamarkan dengan bumbu-bumbu cerita dan penokohan yang berbeda sehingga seolah itu bukan dirinya. Bagi ia sendiri dan anak-anaknya, kisah itu mungkin terasa biasa. Tapi tidak bagi orang lain sehingga kisahnya bahkan sampai difilmkan.
Anda juga bisa melakukannya.


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: